Kisah Bripda Taufik Yang Tinggal Di Kandang Sapi
Kasus calon Kapolri Komjen Budi Gunawan yang menjadi tersangka KPK memang sekali lagi membuat publik terhenyak. Kamu tentu juga jadi bertanya, apakah masih ada polisi yang hidup sederhana dan tidak terlibat korupsi? Jawabannya adalah ada.
Namanya adalah Muhammad Taufik Hidayat. Dan dia baru saja menyelesaikan pendidikan kepolisian pada tahun 2014. Sosok Taufik yang kini jadi polisi di Shabara Polda Yogyakarta dengan pangkat Bripda itu menarik perhatian banyak orang karena ternyata dia tinggal di sebuah bangunan yang pernah jadi kandang sapi.
Terdengar tak masuk akal memang, tetapi faktanya Taufik memang sudah dua tahun hidup di tempat seperti itu. Dilansir Merdeka, kisah Taufik ini seolah menjadi ikon perjuangan bagi banyak orang bahwa kalau kamu mau berjuang dengan tekun, impian itu akan bisa terwujud. Jadi, intip yuk kisah perjuangan Taufik.
1. Tinggal di Kandang Sapi
Bayangan banyak orang mengenai seorang polisi adalah pekerjaan yang mampu memberikan kesejahteraan. Bahkan karena polisi adalah pekerjaan yang kerap diturunkan dari orangtua ke anak, mereka yang memilih menjadi polisi kerap kali berasal dari kalangan berada, tetapi hal itu tidak berlaku bagi Taufik. Polisi dengan pangkat Bripda ini harus rela tinggal di sebuah bangunan dengan ukuran 4x7 meter saja.
Bangunan tempat tinggal Taufik bersama saudara dan ayahnya yang sudah bercerai sejak 2 tahun lalu ini pun merupakan bekas kandang sapi. Alih-alih pintu, hanya selembar gorden lusuh sebagai penutup rumah Taufik ini. Di dalam bangunan itu ada dua buah ranjang dengan kasur lusuh dan sebuah lemari kayu keropos. Taufik pun lebih memilih tidur di kantor Polda agar sang ayah yang biasanya tidur di mobil bak pasir bisa tidur di dalamnya.
Bangunan tempat tinggal Taufik bersama saudara dan ayahnya yang sudah bercerai sejak 2 tahun lalu ini pun merupakan bekas kandang sapi. Alih-alih pintu, hanya selembar gorden lusuh sebagai penutup rumah Taufik ini. Di dalam bangunan itu ada dua buah ranjang dengan kasur lusuh dan sebuah lemari kayu keropos. Taufik pun lebih memilih tidur di kantor Polda agar sang ayah yang biasanya tidur di mobil bak pasir bisa tidur di dalamnya.
2. Puasa Demi Jadi Polisi
Sebelum jadi polisi seperti saat ini, Bripda Taufik sudah berjuang dalam berbagai profesi untuk bertahan hidup. Dia pernah jadi penambang pasir di sungai Boyong sampai jadi penjaga perpustakaan di SMK 1 Sayegan di mana dirinya juga sekolah. Usai lulus SMK di tahun 2013, dua pekerjaan itulah yang dilakukan Taufik selain juga menjadi pembantu pembina pramuka SMK 1 Sayegan.
Bayaran yang didapatkan Taufik pun sekitar Rp 500 ribu - Rp 700 ribuan yang digunakan untuk membantu sang ayah. Di sela bekerja, Taufik tetap belajar demi mengikuti tes psikotes masuk polisi selain melatih fisiknya. Hebatnya lagi, Taufik juga menjalankan puasa Senin-Kamis secara teratur. Hasilnya, Taufik sukses ujian polisi dan lulus pada 29 Desember 2014. Kini dirinya bertugas di satuan Sabhara Polda DI Yogyakarta. Sungguh, usaha keras itu tak pernah berbohong kan?
3. Tak Punya Motor, Pilih Lari
Hidup dalam kondisi yang serba kekurangan, tidak membuat Taufik membuang jauh mimpinya. Bagi Taufik, perjuangan dirinya dalam hidup justru baru dimulai kala terpilih bekerja di Polda DIY. Tapi tahukah kamu kalau Taufik harus berlari untuk menuju tempat kerjanya? Ya, setiap harinya ketika adzan Subuh belum selesai berkumandang, Taufik sudah berseragam polisi rapi dan siap berlari dari rumahnya di Jongke Tengah, Sendangdadi, Mlati, Sleman menuju Polda DIY.
Menyelusuri jalan raya yang masih sepi dan gelap dengan kondisi perut kosong bukanlah hal yang asing bagi Taufik. Semenjak tes jadi polisi dan masih menempuh pendidikan kepolisian, Taufik harus berlari sekitar satu jam lamanya. Menurut Taufik, di rumahnya hanya ada satu buah moor yang sudah digunakan bekerja oleh ayahnya. Karena berlari, Taufik pun sering terlambat datang dan menerima hukuman dari seniornya.
Menyelusuri jalan raya yang masih sepi dan gelap dengan kondisi perut kosong bukanlah hal yang asing bagi Taufik. Semenjak tes jadi polisi dan masih menempuh pendidikan kepolisian, Taufik harus berlari sekitar satu jam lamanya. Menurut Taufik, di rumahnya hanya ada satu buah moor yang sudah digunakan bekerja oleh ayahnya. Karena berlari, Taufik pun sering terlambat datang dan menerima hukuman dari seniornya.
4. Gaji Pertama Untuk Rumah
Dengan kondisi bangunan yang sangat kecil untuk tempat tinggal, mungkin kamu hanya bisa membayangkan bagaimana jika jadi Bripda Taufik yang hidup di bekas kandang sapi. Mengetahui bahwa rumahnya memang kerap bocor, penuh nyamuk, bau dan tak layak huni, Taufik pun mengurai impian untuk membenahi bangunan yang jadi tempat tinggalnya.
Karena baru beberapa hari bertugas di Sabhara Polda DIY, Taufik pun tengah menanti gaji pertamanya di bulan Februari nanti. Menurut rencana, Taufik akan mengontrak rumah sederhana yang layak huni untuk ayah dan ketiga adiknya nanti. Doa tulus pun dirangkai Taufik, "Saya ingin punya rumah besar. Doakan saja saya biar tetap sehat, cepat naik pangkat, kalau bisa jadi perwira."
Karena baru beberapa hari bertugas di Sabhara Polda DIY, Taufik pun tengah menanti gaji pertamanya di bulan Februari nanti. Menurut rencana, Taufik akan mengontrak rumah sederhana yang layak huni untuk ayah dan ketiga adiknya nanti. Doa tulus pun dirangkai Taufik, "Saya ingin punya rumah besar. Doakan saja saya biar tetap sehat, cepat naik pangkat, kalau bisa jadi perwira."
5. Jadi Ikon Perjuangan
Kisah perjuangan Bripda Taufik rupanya sukses membuat banyak orang tersentuh sekaligus bangga termasuk Dirsabhara Polda DIY, Kombes Yulza S. Terungkapnya kehidupan Taufik sendiri bermula kala ada petugas Sekolah Polisi Negara (PSN) yang penasaran mengapa Taufik selalu pulang berjalan kaki dari terminal Jombor ke utara.
Petugas SPN itu pun mengikuti Taufik dan menemukan fakta bahwa polisi muda ini tinggal di sebuah bangunan bekas kandang sapi yang membuatnya terhenyak. Tak heran kalau Yulza akhirnya menjadikan Taufik sebagai icon perjuangan Sabhara Polda Yogyakarta di mana anggota lain harus mencontoh sosok Taufik yang tak pernah mengeluh kendati kondisi hidupnya benar-benar berat.
Petugas SPN itu pun mengikuti Taufik dan menemukan fakta bahwa polisi muda ini tinggal di sebuah bangunan bekas kandang sapi yang membuatnya terhenyak. Tak heran kalau Yulza akhirnya menjadikan Taufik sebagai icon perjuangan Sabhara Polda Yogyakarta di mana anggota lain harus mencontoh sosok Taufik yang tak pernah mengeluh kendati kondisi hidupnya benar-benar berat.
6. Ahok Pun Simpati
Perjuangan Taufik dalam kehidupannya yang serba berat demi menjadi polisi rupanya membuat Gubernur DKI Jakarta simpati. Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok melalui asistennya bahkan berniat untuk membelikan satu unik sepeda motor dengan uang pribadinya untuk Taufik. Hal itu dilakukan Ahok karena begitu tersentuh dengan kisah hidup Taufik.
Uniknya, Taufik justru bingung dengan hadiah Ahok itu. Di mana kala Ahok meneleponnya, Taufik malah merasa bingung atas pemberiannya. Semua itu terjadi karena Taufik rupanya tak mengenal sosok Ahok karena hampir dua tahun ini, dia menjalani hidup tanpa TV. Sungguh, Bripda Taufik. Semoga setelah ini kehidupanmu segera berubah lebih baik dan tetaplah rendah hati dan jujur sebagai polisi apapun jabatanmu nanti.
Uniknya, Taufik justru bingung dengan hadiah Ahok itu. Di mana kala Ahok meneleponnya, Taufik malah merasa bingung atas pemberiannya. Semua itu terjadi karena Taufik rupanya tak mengenal sosok Ahok karena hampir dua tahun ini, dia menjalani hidup tanpa TV. Sungguh, Bripda Taufik. Semoga setelah ini kehidupanmu segera berubah lebih baik dan tetaplah rendah hati dan jujur sebagai polisi apapun jabatanmu nanti.
Komentar
Posting Komentar